Monday 23 April 2007

Share with Heart

“Selamat siang pendengar radio J4U gelombang tujuh point dua ef em semua, siang ini masih bersama saya Aiqi. Kita akan coba bersama – sama saling berbagi, bercerita dan bertukar pikiran. Tetap dalam acara yang sama Share with Heart. Okey untuk yang ingin ikutan sharing silahkan kirim sms kalian ke nomor 08123456789 atau telepon ke 021098243 pastikan Share with heart just said your heart.” Sebuah kalimat awalan dari program siaran yang dipandu Aiqi.

Aiqi memandang ke arah Mas Tyo yang sibuk mengotak atik perangkat pendukung siaran. Mas Tyo mengacungkan jari, memberi aba – aba pada Aiqi. Aiqi mengangguk tanda mengerti.

“Oke, sebagai lagu pembuka kebersamaan kita siang ini, berikut sebuah lagu dari Puff Daddy ; I’ll missing you. Selamat menikmati.”

Puhh….payah, batin Aiqi. Dilepasnya headphone yang sedari tadi menekan telinganya. Denyar – denyar itu perlahan sirna.

“Ada apa ?” tanya Mas Tyo setelah Aiqi berada di luar. Aiqi mencoba tersenyum dipaksakan. Masam.

“Nggak ada apa – apa kok Mas. Nggak bisa konsen aja.” Geleng Aiqi. Tumben hari ini perasaannya berbeda. Sepertinya ada sesuatu yang salah dalam dirinya. Hanya saja Aiqi tidak bisa menunjukkan dimana letak kesalahan itu.

“Kamu bisa minta tolong Nita untuk gantiin siaran. Atau Tomi dan Andre. Tuh mereka masih pada makan di Lobi.” Kata Mas Tyo memberikan jalan keluar.

Aiqi menggeleng. “Nggak enak dong Mas. Lagipula nanti malem, aku harus pergi ke Bogor. Mama ngadain sukuran. Jadi nggak bisa tukeran jadwal ma Nita. Tomi dan Andre juga. Mereka kan jadwal ngasuh midnight. Nggak mungkinlah aku gantiin.”

Mas Tyo tersenyum. Ya jelas nggak mungkin. Aiqi yang gadis simple, lugu dan manis tiba – tiba harus ngasuh acara midnight yang isinya tujuh belas keatas ? Oo Nggak kebayang bagaimana roman muka dan malunya dia. Ketika harus menjawab pertanyaan – pertanyaan yang kadang – kadang bernada vulgar bahkan porno dari para pendengar.

“Ya udah, kita buat aja senyaman mungkin, kalau kamu males. Kasih kode. Kita putar lagu lagi.” alih Mas Tyo baik hati.

Aiqi memandang tak percaya. “Bener Mas ? kalau Mbak Citra marah gimana ? kan batasan lagu buat kita nggak lebih dari tujuh. Lalu iklan ?” Aiqi kebingungan.

Mas Tyo ngejegugin kepala Aiqi. “Aduh Non geulis, Iklan tetep aja haknya, cuma kita tambahin aja lagu satu atau dua buah.”

Aiqi tersipu malu. Mas Tyo mengacungkan ibu jarinya kembali. Lagu hampir habis. Dan dia harus kembali on.

“Oke sahabat muda. Satu sms dari Heri di Srinindito dia bilang cinta itu ibaratnya kertas tisu. Saling menghisap satu sama lain. Loh kok bisa ya ? Iya juga sih nggak bisa dipungkiri memang, cinta telah membikin hidup kita menjadi lebih berwarna. Mungkin Heri punya pendapat kalau kita jatuh cinta kita nggak bisa lepas dari orang yang kita cintai. Begitu sebaliknya.” Cerocos Aiqi. Tak ada yang menyangka Aiqi yang semula pendiam, sederhana dan lugu akan tiba – tiba berubah ceria dan cerewet bila berada di depan corong mikropon.

Tut…tut… sebuah telepon masuk.

“Hallo, share with heart. Paswordnya ?”

“Hallo, Share with heart just said your heart.” Sebuah suara cewek.

“Iya, dengan siapa ?” tanya Aiqi.

“Kelly di Putra jaya.” Kata seorang cewek yang mengenalkan diri sebagai Kelly.

“Okey Kelly, gimana nih mau kasih komentar, kirim lagu atau pengen sharing ?”

“Aku Cuma pengen kasih komentar aja nih. Menurut aku, cinta itu seperti sebuah kisah anak kecil.”

“Qi, pikir lagi deh. Nggak salah nih, apa iya kamu pengen jadi penyiar ?” tanya Mama ketika Aiqi pamit ingin mengikuti audisi penyiar di radio J4U setahun yang lalu.

“Udah deh Ma, Aiqi cuma ingin nambah wawasan aja kok. Siapa tahu ketrima kan lumayan buat nambah uang jajan. Kalaupun enggak, enggak masalah kok Ma.” Jawab Aiqi sambil mengikat tali sepatunya.

“Penyiar itu sulit lho. Harus pinter ngomong. Apalagi kalau harus siaran malem gimana ? siapa yang mau jemput ?” Tanya Mama tetap tak percaya pada pilihan Aiqi. Wajar aja Mama khawatir, Aiqi kan nggak pernah pinter basa – basi. Lagipula nggak ada yang bisa diandelin buat jemput Aiqi kalau pas jatah siaran malam. Sejak Aiqi berusia empat tahun, Mama dah jadi single parent. Tapi bukan berarti Aiqi nggak pernah ngerasain cinta seorang Papa. saat – saat tertentu Papa akan menjemputnya dan mengajaknya menginap di Semarang. Dan Aiqi sangat menikmati kebersamaan mereka.

Ditatapnya Mama dengan pandangan memelas. Please dong Ma…..

Mama menghela nafas. Aiqi terkadang keras kepala. Apalagi kalau sudah punya kemauan. Gadis manis yang baru duduk di semester tiga ini memang kokoh pendirian.

“Mama Cuma khawatir sayang. Okelah kalau itu kemauanmu. Mama minta kamu bertanggung jawab pada pilihanmu.” Mama mengangkat bahu, give up.

Lamunan Aiqi buyar, Mas Tyo kembali memberi aba – aba.

“Oke sahabat muda, kayaknya hidup kita juga nggak akan berwarna tanpa musik. Satu lagu paling dijagokan di Tophits Indonesia minggu ini. Doi cowok fotomodel dan juga bintang iklan yang baru – baru ini merilis album barunya. Yang mengherankan album cowok ini nggak melulu berisi tentang cinta. Tujuh dari sepuluh lagu yang terdapat dalam albumnya bertema tentang perdamaian dunia. Dan kayaknya nih, semua dari kita bakal menyukainya. Siapa lagi kalau bukan Gege Syahrezi. Baiklah sahabat muda, kita simak aja bersama : Dengarkan mereka. dari Gege Syahrezi.”

Aiqi menyedot endapan jus alpukatnya yang terakhir. Ughs…. Benar – benar hari yang berat. Matanya terasa pedih dan sepat. Seluruh tulang belulangnya ngilu. Mungkin karena kehujanan kemarin sore, sepulang dari siaran hujan turun dengan sangat lebat. Dan Aiqi lupa membawa serta mantel hujannya. Untuk berteduh jelas nggak mungkin. Tak ada sebuah bangunanpun yang bisa digunakan untuk berteduh sepanjang jalan menuju rumah dari Radio ini.

Dan hari ini dia kebagian on air dua kali. Siang pukul sepuluh hingga pukul duabelas yang baru saja selesai dia kerjakan. Dan satu lagi nanti jam setengah empat hingga jam lima.

“Qi. Kamu bisa pulang sendiri kan ?” tanya Mas Tyo ketika Aiqi melintas di hadapannya. Begitulah Mas Tyo selalu baik dan penuh perhatian. Ayah dua anak ini memang tipe careolous sama siapapun.

“Kenapa sih Mas Tyo nggak yakin ? aku bisa pulang sendiri kok. Biasanya kan gitu.” Jawab Aiqi. Begitulah Aiqi. Selalu ingin mandiri dan tak merepotkan.

“Kamu pucat banget. Capek atau sakit ?” lagi – lagi dengan penuh perhatian Mas Tyo menanyai Aiqi. Aiqi tersenyum lesu.

“Udah deh Mas. Nggak perlu berlebihan gitu. Aku cuma butuh istirahat satu jam. Tidur dan makan sup hangat buatan Mama itu udah obat mujarab buatku.” Jelas Aiqi.

Mas Tyo menatapnya prihatin. “Where’s your Mom, Aiqi ?”

Oh my God. Desis Aiqi pelan. Kali ini dia lupa. Mama pergi ke Bogor. Dan itu artinya nggak ada semangkuk sup hangat buatan Mama yang akan membuatnya sehat kembali.

“Baiklah Qi, sekarang tinggal bilang, Mas tolong carikan ganti buat siaran acaraku nanti. Jangan sungkan anak manis.”

Aiqi tetap menggeleng. Tidak, ini sudah tanggung jawabnya. Nggak mungkin kalau harus ditinggalkan begitu saja. Toh dari awal dia sudah sepakat apapun resiko pekerjaan ini dia yang tanggung. Puff…… kalau saja. Desisnya.

“Da Mas Tyo… sampai nanti ya.” Lambainya sembari berlalu. Mas Tyo membalasnya dengan gumaman pendek.

Aiqi baru saja hendak melangkahkan kaki keluar studio ketika Mbak Citra menegurnya. “Qi, dah mau pulang ?”

Jantung Aiqi berdebar.

“Sudah Mbak.”

“Bisa bicara sebentar ?” Debar jantung Aiqi bertambah parah. Jangan – jangan soal lagu yang lebih banyak itu ?

“Bisa Mbak.” Aiqi mengikuti langkah Mbak Citra ke dalam Kantor. Diseretnya kursi dan duduk menunggu kata – kata Mbak Citra.

Mbak Citra manager Radio J4U. Walaupun sudah punya dua orang anak, Mbak Citra masih kelihatan seperti gadis. Apalagi bagi yang baru bertemu pasti nyangkanya Mbak Citra masih single. Hidung Mbak Citra bagus. Tapi menurut Aiqi hal yang paling membuat Mbak Citra menarik adalah dagunya yang lancip. Emm selain itu rambutnya yang hitam lurus. Berkilat – kilat saat ditempa cahaya lampu. Entah sampo apa yang dipakai Mbak Citra. Sampai sekarang Aiqi tak pernah tahu. Yang pasti sampo itu pasti mahal. Keharuman rambut Mbak Citra juga tercium hingga kemana – mana.

“Qi, kok malah melamun ?” Tegur Mbak Citra.

Aiqi tergeragap. Keasyikan ngelamunin rambut Mbak nih. Batin Aiqi.

“Gini lho Qi, soal acara yang kamu bawain.”

Jantung Aiqi kembali berdebar. Acara yang dia bawain ? mungkinkah Mbak Citra tahu, beberapa hari ini dia badmood jadi nggak bisa bawain acara itu semaksimal mungkin. Mungkin Mbak Citra bermaksud menggantinya dengan acara lain ?

“Acara Share With Heart, Mbak rasa cukup bagus responnya. Apalagi sejak dipandu kamu. Setidaknya setahun ini rating acara itu meningkat terus. Dan gimana kalau ……….” Mbak Citra sengaja memotong kalimatnya.

Aiqi bersorak. Bukan complain Mbak Citra yang diterimanya melainkan pujian. Tapi ada apa ya ? hati Aiqi dipenuhi tanda tanya.

Mbak Citra menyeruput tehnya. Dipandangnya wajah Aiqi yang halus seperti porselin cina. Aiqi mengerutkan alis. Terus…..

“Gimana kalau kita buat suatu surprise buat penikmat acara kamu.” Wajah Mbak Citra berseri – seri. Surprise semacam kuis atau …….. otak Aiqi dipenuhi tanda tanya besar.

“Maksud Mbak ?”

“Yach, kita buat acara live gitu. Menurut kamu apa nih cocoknya. Asal temanya nggak jauh – jauh dengan tema Radio kita lho ya.”

Mendengar hal itu, benak Aiqi tiba – tiba dipenuhi oleh ribuan ide. Aiqi menggigit bibir bawahnya kuat – kuat. Dia menjentikkan jari. Yup. I get a good idea.

“Gimana Qi. Ide kamu apaan ?” tanya Mbak Citra.

Mata Aiqi berbinar – binar. “Gimana kalau kita buat jumpa fans Mbak ? Aiqi denger Gege Syahrezi sedang ngadain promo album. Kali aja dia mau diundang ke Radio kita. Hitung – hitung promo album. Tapi apa biayanya nggak mahal Mbak ?” cetus Aiqi.

Mbak Citra yang denger idenya manggut – manggut. “Mbak setuju Qi. Emm soal biaya, kamu nggak usah pikirin. Biar Mbak dan Mas Yos yang susun rencana anggaran biayanya sekalian cari jalan keluarnya. Tapi apa kamu yakin Gege yang paling dimauin sama pendengar setia acara kamu ? dan bukannya artis atau bintang yang lain ?” tanya Mbak Citra hati – hati.

Kehati – hatian Mbak Citra memang ada benarnya. Apalagi event yang mau diadakan termasuk event besar setidaknya untuk ukuran kota dimana mereka tinggal.

Aiqi mengetuk – ngetuk meja dengan telunjuknya pelan. “Emm…Gini aja deh Mbak, saya minta waktu sebulan. Kita adakan polling. Nah dari polling itu kita bisa dapet bintang atau artis mana aja yang paling ingin dijumpai oleh pendengar.” Jawab Aiqi tak kekurangan ide. Semangat yang siang tadi sempat kebat – kebit tiba – tiba muncul saat Mbak Citra minta idenya.

“Oke deh Qi. Mbak minta kamu siapkan draft rencana dari awal. Soal yang lain – lain Mbak dan Mas Yos yang handle. Kamu bisa kan Qi ?” Tanya Mbak Citra.

Aiqi mengangguk kuat – kuat. Tentu saja bisa dong Mbak. Batinnya.

“Aiqi coba deh Mbak. Tapi Aiqi tetap minta petunjuk Mbak.”

Mbak Citra mengulurkan tangan, Aiqi meraihnya. Mereka berjabat tangan erat.

“Sekarang kamu mau pulang ?” tanya Mbak Citra seraya bangkit. Aiqi menengok kearah jam tangannya.

“Nggak kok Mbak, sejam lagi harus on.” Jawabnya.

Mbak Citra tersenyum diapitnya lengan Aiqi keluar ruangan. “Ya udah. Mbak harus temui klien siang ini. Sampai besok ya Qi.” Pamit Mbak Citra sembari pergi dari studio.

“Ya Mbak, hati – hati.” Pesan Aiqi lirih.

Yess… teriak Aiqi mengayunkan tangan membentuk kepalan diudara. Mas Tyo yang melihatnya kebingungan. Gimana nggak bingung beberapa saat yang lalu, Aiqi mendadak sakit. siaran nggak konsen. Muka pucat pasi seputih kertas. Pembawaan kacau tapi sekarang setelah keluar dari Kantor Mbak Citra, teriak – teriak nggak karuan. Habis disuntik vitamin apa ? tanya Mas Tyo dalam hati.

“Aiqi ?”

Aiqi mengerutkan dahi melihat ke arah Mas Tyo yang semakin kebingungan.

“Kok wajah Mas Tyo aneh ?” tanya Aiqi heran. Didekatkannya wajahnya tepat didepan wajah Mas Tyo. Mas Tyo menarik wajahnya ke belakang.

“Aiqi ? nggak salah kan ?” tanya Mas Tyo keheranan.

“Maksud Mas Tyo, apanya yang salah ?”

“Kamu nggak jadi pulang ?”

Aiqi menggeleng. Kemudian kembali berputar – putar sambil berhaha – hihi.

“Qi, kamu sehat kan ?”

Aiqi kembali mengangguk. “Sehat kok. Gipula siapa yang sakit ? Mas Tyo sakit.”

Mas Tyo semakin gusar. Kalau saja gadis itu bukan Aiqi tentu saja sudah ditimpuknya sedari tadi.

“Kok kamu teriak Yes yes segala ? ada apa sih ?”

“Ooo itu ?” mulut Aiqi membulat. Mas Tyo semakin penasaran.

“Memangnya honor kita mau naik ?” Bisik Mas Tyo. Honor ? Naik ? giliran Aiqi yang kebingungan.

“Bukan. Bukan itu.”

“Lantas ?”

Tiba – tiba sebuah kepala menyembul dari balik pintu. Nita muncul dengan senyum manis dan goyangan kepalanya yang tak pernah ketinggalan.

“Halow, ada yang bisa anter gue bentar nggak ya ?” tanyanya.

Aiqi dan Mas Tyo saling memandang. Kemudian saling menggidikkan bahu.

“Kemana ?” tanya mereka nyaris berbarengan.

“Gue pengen benerin rambut gue. Bentar aja kok. Paling juga lima menit.” Ujar Nita santai. Tangannya bersidekap di dada. Dengan kepala mendongak seperti itu, Nita tiba – tiba menjelma menjadi seorang ibu suri yang angkuh.

Nita benerin rambut ? Lima menit ? mana mungkin ?

Aiqi dan Mas Tyo kembali saling pandang. Kali ini ditambah saling tunjuk.

“Mas Tyo aja deh.” Tunjuk Aiqi pertama kali.

Mas Tyo melotot nggak senang. Mulutnya dimencengkan.

“Aduh, kamu aja deh Qi. Masak ke salon sama cowok. Nggak asyik lagi.” dalih Mas Tyo mengelak.

Nita mengetuk – ketukan ujung sepatunya. Semakin lama bunyi ketukan sepatu Nita semakin keras.

Tiba – tiba bohlam seratus watt dibenak Aiqi berpijar.

“Aduh Mas, bentaran lagi giliran aku on. Tuh kan dah tiga empat lima. Lima menit lagi nih. Mas Tyo aja deh yang anter Nita. Ya, ya…Makasih.” Cerocos Aiqi sambil berlalu ke arah kamar kecil. Mas Tyo ngikutin langkahnya dengan pandangan keki.

Mas Tyo manyun. Mengikuti langkah Nita yang anggun dari belakang. Persis seperti kerbau dicocok hidung. Sebenarnya kasihan juga sih Mas Tyo tapi apa boleh buat. Nganter Nita ke salon ? ah itu sama aja dengan bunuh diri oh tidak tidak, belum separah itu. Tapi kalau menyiksa diri sih iya. Bayangin aja, Nita kalau udah di salon sulit diingetin soal waktu. Ngomongnya sih cuman benerin rambut. Padahal setelah itu masih ada acara pedicure, manicure, creambath, facial and so on. Bukannya konservatif banget, tapi Aiqi mana maulah seperti itu. Dah ketauan dipersembahkan untuk siapa entar tubuhnya. Mr. Worm pastilah.

**

Ambarawa, i will back... some day...

No comments: