Thursday 5 April 2007

De Javu

Matahari menatapku garang, aku sanggup meleburmu menjadi abu.
Sekali lagi tidak, kau bahkan tak pernah tahu dinginnya malam aku luruh dalam kegersangan sia – sia.
Nafasku yang letih memaksaku tetap nyaman dalam penderitaan.
Hijau, abu – abu dan berlumut. Dingin gelap tanpa batas.
Aku berdiri dalam kotak terbesar yang pernah kutemui.
Terpasung amarah tanpa tepi.
Bukankah ini yang kau kehendaki saudaraku ? melihatku terkapar menjelang maut.
Tidak – tidak, tak akan pernah kau lihat itu.
Air mataku telah lama memerah hatiku telah lama membatu.
Jantungkupun tak lagi berdetak hingga kudengar rintihanmu menjelang ajal.

No comments: