Monday 18 June 2007

"Cinta yang Hina"

Senja yang sunyi, siluet jingga bergerak turun melintasi bumi. Dadaku kian menyesak, ingin rasanya aku menagis dan berteriak sepuasnya tapi belasan batu menghimpitku hingga untuk bernafaspun aku merasa kesulitan.

Mereka telah merampas asa dan cintaku, meremasnya menjadi serpihan kecil yang tak mungkin tertolong. melemparkannya begitu saja ke dalam tong sampah dan segera menghancurkannya menjadi bubur sampah yang tak berguna.

Seharusnya mereka memilih tombol opsi untuk membinasakanku. atau mungkin mengambil mesin destroyer dan melumatkan tubuhku serta.

Kubasuh mulutku kembali, kenapa aku harus terlahir begitu hina dan melarat ? hingga cintapun tak pantas kudapat. Dimana keadilan Tuhan, Cinta memang tak bisa dibeli dengan rupiah atau emas permata tetapi kenapa aku tak boleh mendapatkannya hanya dengan alasan yang benar – benar tak masuk akal. Aku terlalu miskin untuk sebuah cinta, karena kemiskinanku aku seakan – akan hina. Aku kembali meraung, inikah dunia itu Tuhan ? ketika kelaparan tak lagi sebuah penderitaan bagiku, Kau kirimkan sebuah asa indah yang kemudian terpenggal ?

Kupukul tanah berumput dengan kesal. Seandainya saja halal, mungkin aku akan memilih kematian – entah dari tangan siapa, daripada harus kutanggung kehinaan yang melenyapkan jiwaku. Ya, tubuhku sekarang tak lagi berjiwa. Kosong dan hampa, mereka telah memandangku rendah dan meletakkan telunjuk kakinya diatas kepalaku. Aku tak layak diinginkan dan itulah nasibku Mendengarnya aku seakan – akan hampir gila. Mereka telah merampas cintaku tanpa nurani dengan hati berfosil.

Cintaku tak mudah pecah, tapi mendengar kata mereka, aku merasa, cintaku terlalu rapuh untuk terus kutahan dan kujalani. Semuanya serba tak tentu, tak ada ujung pangkal dan aku telah tertuduh sebagai seorang yang haram merasakan cinta.

No comments: